Sabtu, 06 Desember 2008

“JAWABAN SANG QUTHUB TENTANG DOA”

“JAWABAN SANG QUTHUB TENTANG DOA”

Hamba ﺃﷲ Swt. : Usman Said

ﺑﺳﻢﺃﷲﺃﻟﺭﺣﻣﻥﺃﻟﺭﺣﻴﻢ

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi ﺃﷲ Swt. yang Maha Pengampun dan Penyayang, dengan sarana taubat yang diperintahkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang tersentuh dosa agar kembali disucikan agar dapat menghadap ﺃﷲ Swt. dalam keadaan yang beruntung.

Sholawat serta salam kita sampaikan kepada junjungan yang mulia Muhammad Saw. yang mengeluarkan manusia dari tempat yang gelap ke tempat yang terang.

Masalah berdoa karena ini suatu permohonan kepada penguasa Bumi dan Langit ada adabnya yang menurut ulama akhli munajat ada 4 hal yang harus diperhatikan yaitu :

1. Sikap dalam berdoa

2. Cara berdoa seperti yang dicontohkan Rasulullah Saw.

3. Waktu-waktu tertentu (saat ijabah)

4. Tempat-tempat yang makbul untuk berdoa

Seandainya semua syarat yang disebutkan diatas semuanya sudah terpenuhi masih ada satu ”ilmu” yang difatwakan oleh Syech Abdul Qadir Jailani yaitu :

”Karena Engkau marah atau merajuk kepada Tuhan karena doa-doa belum terkabul?

Engkau mengatakan Dia melarang memohon kepada manusia, dan diperintahkan-Nya untuk meminta hanya kepada-Nya, tapi permohonanmu tidak dikabulkan-Nya.

Syech Abdul Qadir Jailani bertanya : ”Bebas atau terikatkan engkau? Bila engkau mengatakan kau bebas, berarti engkau adalah orang yang tidak beriman. Bila engkau katakan kau seorang budak (hamba), aku ingin bertanya : ”Salahkan ﺃﷲ Swt. menunda penerimaan doamu? Ragukah engkau tentang ke Maha Arifan dan Maha Kasih-Nya kepadamu dan kepada seluruh ciptaan-Nya, dan akan pengetahuan-Nya tentang segala hal mereka?

Kau akan salahkankah Dia? Jika kau tidak menyalahkan-Nya dan menerima kearifan-Nya dalam menangguhkan penerimaan doamu, maka wajib bagimu bersyukur kepada-Nya sebab Ia telah memilihkan yang terbaik bagimu.

Jika kau salahkan Dia, berarti kau tidak beriman, karena engkau menuduh ﺃﷲ Swt. tidak adil sedang ﺃﷲ Swt. menyatakan dirinya Yang Maha Adil.

Demikian dinyatakan ﺃﷲ Swt. dalam firman-Nya (QS. 95 : 7, 8)

Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?

Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?

Ingatlah Dia adalah pemilikmu, pemilik segalanya apa yang ada dilangit dan apa yang ada di Bumi (QS. 2 : 284) dan pemilik berkuasa penuh atas segala yang dimilikinya, maka ”ketidak adilan” tidak bagi-Nya. Sebab ketidak adilan adalah ikut campurnya, pada milik orang lain tanpa seizin pemiliknya.

Jangan engkau kesal terhadap-Nya, karena kehendak-Nya yang terwujud melaluimu walaupun ketetapan itu tak kau sukai dan, secara lahiriyah merugikanmu. Maka wajiblah bagimu bersyukur, bersabar, ridho kepada-Nya dan mencampakkan kekesalan dan ketidak patuhanmu kedirianmu, merupakan hal-hal yang akan menyesatkanmu dari jalan ﺃﷲ Swt.

Bukankah ﺃﷲ Swt. telah berfirman (QS. 2 : 216)

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Baikkahlah bagimu berdoa dan berbaik sangka kepada-Nya, menanti saat yang baik, yakin akan janji-Nya, menunjukkan sikap baik kepada-Nya, segera melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang-Nya.

Salahkahlah dirimu sendiri yang sering berbuat kekejian, ketidak patuhan dan melarkan diri dari aturan-Nya, hal ini lebih baik, lontarkanlah ketidak adilan itu kepada diri sendiri karena engkau sering menzolimi dirimu sendiri dan ini lebih layak.

Waspadalah dengan keserasian dengan diri, sebab hal ini adalah musuh ﺃﷲ Swt. dan musuhmu, kawan musuh ﺃﷲ Swt. itu dan kawan musuhmu itu adalah iblis laknatullah. Bukanlah ﺃﷲ Swt. telah mengingatkan dalam QS. 4 : 147

Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.

Wabillahit taufiq wal hidayah,

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

US13072007

Tidak ada komentar: